Kuliah Kerja Ngentot (KKN)
Share your moments and inspiration with the world! ๐ฅ Click share and spread it across your favorite social media. ๐✨ #StayConnected
Cerita Bokep Club Seru: Kuliah Kerja Ngentot
Banyak mahasiswa yang bersungut-sungut ketika mendapat tugas KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diberikan olah kampusnya, berbeda halnya jika tugas tersebut berubah menjadi ngentot seru penuh gairah seperti yang diceritakan dalam cerita bokep club seru berikut ini. Sebenarnya cerita bokep ini merupakan cerita bokep yang sudah lama beredar dengan judul asli “KKN yang Indah”. Tapi tak ada salahnya posting lagi, siapa tahu anda belum pernah membaca cerita bokep yang sangat seru berikut ini:
Cerita Bokep Club Seru: Kuliah Kerja Ngentot – Bagian I
Cerita Bokep Club Seru | Tak terasa sudah memasuki bulan kedua aku menjalani KKN di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Bersama 5 cewek dan 3 cowok termasuk aku, kelompok ku sudah berintegrasi dengan masyarakat Bonomerto. Sudah merasakan susahnya melaksanakan tugas-tugas berat selama KKN. Keluar masuk pedesaan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Jalan masih berbatu belum diaspal. Bila malam hanya diterangi lampu minyak karena belum terjangkau listrik. Mandi di sendang terbuka tanpa dinding. BAB di sungai dengan air jernih yang mengalir deras. Benar-benar kehidupan yang alami dan eksotik.
Dalam melakoni hidup sehari-hari dalam keadaan yang serba darurat itu, kami yang datang dari berbagai daerah dan berasal dari jurusan dan fakultas yang berbeda, tidak jarang mengalami konflik karena bertahan pada prinsip perjuangan masing-masing, tetapi selalu berakhir dengan happy karena bersama-sama menyadari, bahwa nama baik pribadi dan almamater menjadi taruhan di desa pengabdian ini. Kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran, ditambah dengan kesulitan yang selalu muncul, membuat kelompok kami semakin kompak. Merasa senasib seperjuangan menderita dan bahagia bersama. Jika ada satu atau dua di antara kami sedang pulang ke Semarang, terasa sekali ada yang hilang. Kalau ada yang sakit, seisi Posko bergantian merawat dan memberi perhatian. Mesraaa sekali hubungan persaudaraan kami. Mendekati berakhirnya masa KKN, dibalik rasa senang karena tugas berat sudah berakhir, terbersit rasa sedih, takut berpisah dan tidak ketemu lagi. Kadang sampai larut malam kita tidak tidur, berkumpul di kamar depan, karena hanya ada dua kamar di posko itu. Aku pegang gitar, mengiringi teman-teman menyanyi lagu-lagu nostalgia. Lelah menyanyi berbicang-bincang membicarakan masalah pribadi, bahkan mencurahkan rahasia terdalam. Tentang keluarga, tentang pacar masing-masing, tentang suami atau isteri masing-masing. Para Pembaca perlu tau, bahwa ketiga cowok sudah berkeluarga, tetapi hanya 1 cewek yang sudah berkeluarga, Mbak Titin atau teman-teman panggil beliau Bu Titin. Yang empat itu masih gadis, tetapi mereka mengaku sendiri sudah tidak perawan lagi. Benar-benar tak ada rahasia di antara kami. Karena sudah mengantuk dan lelah ada yang tertidur di situ juga, malas masuk kamar. Akhirnya sampai pagi kita tidur di kamar depan semua. Hari pertama atau itu malam pertama kita tidur bersama di satu tempat. Tak terjadi apa-apa sampai pagi. Semua bangun pagi dengan selamat tak kurang suatu apa.
Penarikan mahasiswa KKN tinggal 10 hari lagi. Semua sibuk finishing program masing-masing. Aku dan Mbak Titin kebagian mempersiapkan pentas seni. Kita bekerja berpacu dengan waktu. Kami benar-benar sudah lelah lahir batin. Sampai di Posko sudah jam sembilan malam. Seperti sudah ada kesepakatan sebelumnya, kita tidur jadi satu lagi. Indah dan Mbak Titin mengapit aku. Indah memelukku . Kaki Bu Titin menimpah pahaku, berat. Joko berpelukan dengan Yuni, Ponijan yang mirip Temon itu malah dipeluk dua cewek cantik, Shinta dan Dewi.
Karena kaki Bu Titin cukup berat, maka terpaksa kuangkat, akibatnya selimutnya mlorot dan pahanya yang mulus itu terpampang jelas di depanku. Berdesir darahku, tapi kucoba tepis pikiran kotor yang melintas sesaat. Bu Titin itu ternyata cantik juga, mirip Camelia Malik. Kesibukan tugas membutakan mataku terhadap kecantikan ibu beranak satu ini. Karena sibuk mengurusi kaki Bu Titin, aku terlepas dari pelukan Indah. Aku meluruskan kaki dan membenahi letak sarungku, bermaksud tidur lagi. Begitu aku merebahkan diri, meletakkan kepala di bantal, Bu Titin langsung miring ke arahku dan memeluk aku !! Entah sengaja atau tidak, tangannya tepat di atas kemaluanku. Hangatnya tangan Bu Titin terasa sekali. Membuat si kecil itu mengedut dan pelan-pelan bangkit. Akal sehatku bermaksud menyingkirkan tangan nakal itu, tapi bisikan setan lebih kuat, maka kubiarkan tongkat wasiatku membesar dan memanjang. Sekarang, tangan Bu Titin bergerak mengurut kemaluanku yang masih tertutup sarung. Genggaman tangannya semakin erat, tapi semakin lembut. Kuamati matanya, masih tertutup. Tapi aliran nafasnya bukan seperti orang tidur, nafasnya berat dan cepat. Aku belum berani bereaksi, masih ragu-ragu dan juga kawatir kalau menyinggung perasaan beliau, jika kuhentikan. Dia adalah Kepala Sekolah yang berwibawa. Kalau aku berani pegang dia dan marah, bisa panjang urusannya. Satu-satunya yang aman kulakukan adalah membebaskan si kecil dari CD dan sarung yang membuatnya terjepit. Setelah tidak terhalang sarung, telapak tangan Bu Titin semakin terasa panas menggairahkan.
![]() |
Ibu Titin |
"Maybe you also like": Sejoli Mesum di tempat Umum
Tiba-tiba Bu Titin meluruskan kakinya dan mengubah posisi tidurnya telentang. Kucabut penisku dan kini kutusuk dari atas. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kubuka selimut yang menutupi dadanya. Kunaikkan beha hitamnya dan muncullah penampakan luar biasa. Buah dada yang montok , kenceng dan putih. Tak sabar bibirku ngenyot putting-putting merah jambu itu bergantian. Di bawah sana, pantat Bu Titin bergerak muter-muter disertai desahan lirih;” Uuhhhh….uhhhh…….uhhh…..” Seluruh pahanya kini terbuka dan dinaikkan, kedua tangannya memegang pahanya yang merapat ke dadanya, sehingga lubang kenikmatannya semakin lebar. Memudahkan penisku untuk keluar masuk. Mengetahui beliau sudah semakin basah mendekati orgasme, gerakan kupercepat, makin cepat dan ………oohhhhh…… kukeluarkan cairan kepuasan itu di dalam!!!! Bu Titin langsung tidur tanpa membereskan kainnya yang tersingkap dan buah dadanya yang luber ke mana—mana. Maka kurapikan seperti semula. Di wajahnya terlihat senyum kepuasan. Kini nafas Bu Titin mengalir teratur. Dengkurnya halus. Beliau sudah tertidur pulas membawa mimpi indah. Tak lama aku pun menyusul menuju ke pulau impian. Tapi tengah malam sekitar jam dua aku terbangun oleh suara berisik. Aku tidak bangun, hanya membuka mata, dan meilhat pemandangan langka. Shinta yang putih mulus itu bertelanjang dada, sedang “naik kuda”. Ponijan cowok hitam berotot tapi berwajah lugu itu, ngorok keras, sementara tongkat hitamnya yang besar keluar masuk lubang kenikmatan Shinta yang ayu. Tangan Sitah meremas-remas payudaranya sendiri. Gerakannya liar semakin lama semakin cepat. Sampai akhirnya dia ambruk di dada Ponijan yang terus ngorok seperti suara gergaji. Ternyata jika nafsu sudah bicara, cewek se-ayu Shinta bisa “makan” dengan lahap “bodin” Banyumasnya Ponijan yang hitam legam itu. Memikirkan hal itu ototku tegang lagi. Sayang sekali, tidak lama kemudian sudah terdengar azan Subuh. Tapi KKN belum berakhir.
![]() |
Shinta |
Cerita Bokep Club Seru: Kuliah Kerja Ngentot – Bagian II
Jam setengah empat pagi di Posko KKN. Delapan mahasiswa meringkuk kedinginan. Tidur hanya beralaskan “kepang” (anyaman kulit bambu) dan berselimut sarung tipis, tidak mampu mengusir hawa dingin yang menusuk tulang. Hanya satu cara menghangatkan tubuh, memeluk teman di sebelahnya. Itulah yang kami lakukan. Tidur bersama malam kedua ini ternyata sudah “tidak aman”. Hawa dingin ini sudah “memakan korban” Korban kehangatan dan kenikmatan. Di luar tahuku, ternyata Joko sudah mencuri start berpacu dengan Yuni sebelum aku menggerumuti Bu Titin tengah malam tadi. Perbuatan Joko dan Yuni itu membikin Bu Titin horny, suasana malam itu mendukung terjadinya tindakan mesum di Posko itu, selain juga disebabkan beliau lama berpisah dengan keluarga di tempat yang berhawa dingin itu.Akibatnya…..aku dengan ikhlas seikhlas-ikhlasnya mau menjadi korban pelampiasan nafsunya. Sekarang, di pagi dinihari yang amat dingin itu, kulihat Yuni dan Joko masih berdekapan erat. Yuni masuk ke dalam sarung Joko. Gila!!! Kemesraan mereka merangsang lagi, membangkitkan lagi libido yg sempat tertidur setelah menggumuli Bu Titin. Penisku sudah mulai terbangun lagi. Di saat semua masih meringkuk kedinginan, aku duduk bersandar tembok melihat ke kiri dan ke kanan. Indah masih memeluk erat kakiku. Meskipun penisku tegang, tapi aku tidak tega berbuat yang bukan-bukan kepada gadis berwajah innocent ini. Meskipun usianya sudah menginjak 21 tahun, masih tampak seperti anak baru lulus SMP. Kulitnya tak secerah Shinta, tapi juga tidak gelap-gelap amat. Maniiis sekali.
Cerita Bokep Club Seru | Aku benar-benar tergoda ingat Shinta yang main “kuda2-an” dengan Kang Ponijan tengah malam tadi. Masih kuingat lenguhan lenguhan penuh kenikmatan dari mulut gadis Temanggung yang imut itu. Mengerang sambil mendongak penuh “penderitaan”. Oooh….Shinta……. kupandangi betapa mesranya dia rebah tak berdaya di dada Ponijan. Duh…Kang Ponijan sampeyan sungguh beruntung…..Ingin sekali ikut mencicipi cewek ini, malam ini………… Kuberanikan diri menjangkau selimut Shinta yang terhalang oleh tubuh Indah. Kubuka pelan-pelan kain yg dipakai selimut. Ternyata di balik selimut itu gak ada apa-apa!!! Pantatnya….wuihhh, putih mulus. Aku tak bisa menyentuhnya, cukup jauh. Apalagi karena tangan Indah memeluk erat kedua kakiku yang kuselunjurkan. Aku tetap bersandar ke tembok menikmati kemulusan tubuh cewek Temanggung yang mirip panlok ini. Karena merasa kedinginan akibat selimutnya kubuka, Shinta secara reflex menarik kain itu. “Mmmh….” Dia membetulkan letak selimutnya, melepaskan pegangannya pada Ponijan. akibatnya tubuhnya mlorot dari dada Kang Ponijan dan jatuh di sebelah tubuh Indah. Sekarang tanganku bisa menjangkau wajah cewek ayu ini. Kubelai rambutnya, kuelus pipinya yang mulus. Gerakan-gerakanku tidak membangunkan Shinta, malah mengusik Indah. Dia malah memperbaiki posisinya makin naik dan menaruh kepalanya di pahaku memeluk lebih erat. “Hiiiihh. ….. dingin, Pak” dia menggumam. Wah….. payah ternyata cewek ini tidak tidur. Terlanjur mupeng , tanganku tetap berusaha menjangkau dada Shinta. Kusingkap lebih jauh selimut itu. Tampak bukit putihnya yang sebelah kanan. Putingnya sudah tegak ! Ini tanda dia terangsang. Kuteruskan menyentuh “lereng atas” gundukan daging putih itu, karena hanya itu yang bisa kujangkau. Kuelus-elus terussss… sehingga tubuhku semakin beringsut maju. Aku semakin bernafsu. Menyentuh daging lembut itu berakibat ada aliran rangsangan yang mengalir deras ke pembuluh darahku, membuat badanku terasa hangat dan makin lama makin panas. Kemaluanku sudah sangat tegang mengeras, sehingga menyundul muka Indah. Ketika perhatianku terpusat untuk menjamah dada Shinta, tau-tau Indah sudah menguak sarungku dan meraih penisku yang tegang. Tanpa kuduga sebelumnya, benda hitam itu sudah masuk dalam mulutnya yang mungil. Oooooh…….. lidahnya mengurut-urut batangku. Ludah yang basah dan hangat itu memperhebat rangsangan yang sudah kuterima karena melihat dada Shinta. Indah yang berwajah kekanak-kanakan dan terkesan innocent ini…..sungguh di luar dugaan… lincah sekali melakukan tugasnya.
"Maybe you also like": Mencicipi Penyanyi Cafe bertubuh Sexy
“Enak…Pak?” matanya memandangku penuh nafsu. Kubelai rambutnya. Anak manis, anak manis. Kepalanya naik turun mengurut-urut batangku yang semakin memanjang dan makin keras. Otot-otot bertonjolan di sepanjang batangku karena menerima elusan2 bibirnya. Puas mengoral penis, Indah duduk. Tanganku dituntunnya ke arah payudara di balik bajunya. Terasa ada tonjolan empuk di balik baju tebal itu. Tidak hanya itu, tanganku dibawanya masuk ke balik bajunya. Kini telapak tanganku dapat merasakan kehangatan dan kelembutan bukit kembarnya yang…… luar biasa…… ternyata susu Indah lebih besar daripada punya Shinta. Daging empuk itu kuremas-remas dengan lembut. Sekali-sekali kuusap pelan putingnya. Indah memejamkan mata menikmati sensasi rangsangan di ujung putingnya. Penasaran ingin melihat bentuknya, kubuka baju Indah, Wow…. Bukit yang indah. Bola putih itu lebih terang dari daerah sekitarnya. Memang kulit Indah tak secerah kulit Shinta atau Bu Titin, tetapi belangnya itu menimbulkan sensasi tersediri. Kukulum putingnya dan kuremas lembut bergantian, Indah menatap terus kemana pun bibirku menyentuh bukit kembarnya. Dia sangat menikmati.
![]() |
Indah |
Indah kini duduk di pahaku, celana dalamnya disibakkan ke kiri lalu tampak vaginanya yang berambut tipis. Aku berhenti meremas dadanya, kuangkat tubuhnya, sehingga dia berdiri tepat di hadapanku. Celana dalam biru berenda itu tepat di mukaku. Kusibakkan lebar-lebar CDnya sehingga tampak bukit putih yang terbelah oleh parit merah jambu. Kujilat lembut parit indah itu, bau pesing menyeruak hidung, bau itu malah meningkatkan gairahku. Kutusukkan lidahku ke belahan surgawi itu.
“Ssssss…..ssssssss………mmmhhh…..” Indah berusaha menahan rintihannya. Di saat aku sudah melahap tempiknya Indah yang pesing tapi enak itu, Dewi terbangun dan sekarang sedang mengurut-urut tongkat Kang Ponijan. Ponijan tetep saja ngorok. Apalagi tadi sudah mendapat jatah dari Shinta. Tidurnya tambah lelap Dewi tidak peduli, dia terangsang melihat Indah sedang dioral. Aku hanya melirik sebentar, karena Indah sudah tidak tahan. Dia kini menurunkan pantatnya, lubangnya yang sudah basah dan menganga itu diarahkannya ke penisku yang sudah teracung menunggu dengan tidk sabar. “Aaahhhhh……..Paaaakkk! Ooohh……sssssssss……..addduuuu…h Aku tadi pengin banget kho Pak lihat Bu Titin.” Indah berbisik, kepalanya direbahkan dipundakku.
“Ooo. Jadi tadi kamu tau, ya?” tak menggubris pertanyaanku pantatnya aktif naik turun, makin lama makin cepat. Agaknya Indah sudah menahan lama sejak dia melihatku bergumul dengan Bu Titin tengah malam tadi. Kini tinggal menunggu saat-saat terakhir bendungan itu jebol.
“He..eh….hooh….hoooh….aku… .aku..….hhsss….hssss…..” Indah rupanya hampir mencapai klimaks. Tak bisa kutahan lagi, cairan hangat menyemprot membasahi pahaku. “Aduuuh….aku ora kuwat Pak.” Badannya terkulai di samping Bu Titin. Tongkatku yang masih tegak berdenyut-denyut menunggu penyelesaian. Aku berdiri….. kudekati Dewi dan kusodorkan batangku yang tegang memanjang yang disambut Dewi dengan mulut yang siap melahap. Aku masih berdiri, Dewi berlutut sambil terus mengulum tongkat hitamku. Kepalanya maju mundur sambil sekali sekali melihat ke atas. “Panjaaaang banget, punyamu Pak!” Kuraih tali behanya dan melorot sendiri karena gerakan kepalanya maju mundur melahap lontong ajaib. Segera tampaklah bukit kembarnya yang tak kalah putih dengan milik Shinta. Bedanya Dewi punya putting lebih besar dan lebih sekel. Pemandangan itu membuat aku semakin tidak tahan lagi. Karena sudah tidak tahan, Dewi kurebahkan telentang di samping Kang Ponijan. Dikegelapan ruangan, tubuh Dewi tampak terang, putih sekali, cewek Wonogiri ini. Rambut kepala dan rambut bawahnya sama merahnya. Sekilas seperti wanita bule, Kuarahkan penisku ke lubangnya yang sengaja dilebarkan sendiri oleh Dewi.
![]() |
Dewi |
“Pak……masukkan yang dalem……..oooh………ooh……….” kusergap bibir gadis Wonogiri yang manis ini. Lidahku dan lidahnya bergantian masuk keluar, sambil merasakan lubangnya yang sangat sempit.
“Addduu….kebesaran barangmu…Pak….ssss…..sssss……..terussss….” Kurasakan peluh membasahi dada dan perut Dewi meskipun udara sangat dingin. Kupercepat gerakanku karena sudah terasa di ujung perjalanan. “Wiikkk……..aku….hampirrr……” Dewi memutar pantatnya ser….ser……kedua kakinya naik menjepit punggungku……..”Paaaak…….oooh…..mhh!” Dewi memelukku erat sekali.
Suasana sunyi sesaat dan tiba-tiba kudengar “Oooohhh……..ohhh……..” kutoleh asal suara itu. Ternyata suara itu berasal dari Yuni yang berada di dalam sarung Joko. Wah, Joko dan Yuni baru saja mengakhiri ronde kedua juga. Bener-bener pertempuran yang melelahkan. Seisi Posko tertidur sampai matahari sudah tinggi.
Ponijan yang bangun paling awal, kaget melihat suasana “medan pertempuran” yang berantakan. Ponijan heran dan gemas melihat posisiku yang tumpang tindih dengan Dewi dan memperhatikan Joko yang “membungkus” Yuni dengan sarungnya. Lebih-lebih setelah melihat Bu Titin yang kainnya tersingkap dan bibir bawahnya “ngeweh” berlepotan sperma. Ponijan langsung terkena “limbah beracun” yang menyelimuti Posko mesum ini. Ponijan merasa iri kenapa dia sendiri nggak kebagian, kalau semua bisa kenapa aku tidak? Maka yang harus terjadi, terjadilah !! Adegan terakhir pagi itu adalah “pemerkosaan” yang dialami Bu Titin. Dengan ganas Ponijan menghabisi Bu Titin. Bu Titin mula-mula berusaha menolak, tapi setelah merasakan keampuhan tongkat wasiat Kang Ponijan, hanya bisa merem melek dan mendengus-dengus keenakan. Aku hanya bias menyaksikan dengan badan lemes adegan terakhir pagi itu.
Baru terjadi sekali itu, kita bangun kesiangan. Jam Sembilan baru bangun semua. Penuh kemesraan Bu Titin masih ngelendot Kang Ponijan. Malam yang sangat panjang. Tapi tugas masih menungu. KKN belum selesai. Mungkinkah dan masih sempatkah aku menikmati Shinta? Mungkin nanti malam. Hayooooo banguuuuun.!!!! Bangun, bangun,……… Oh. KKN yang nikmat dan innnndaaaah!( Kupersembahkan buat seseorang bekas penghuni POSKO di Semarang Barat).
Cerita Bokep Club Seru: Kuliah Kerja Ngentot – Bagian III
Cerita Bokep Club Seru | Selama dua bulan KKN, rasanya hidup penuh penderitaan. Tetapi setelah POSKO itu mengalami perubahan “iklim” dari iklim “ KKN” menjadi iklim “ KLN ” penderitaan yang berat itu seperti tak terasa. KKN semua sudah tau artinya, sedangkan KLN apalagi kalau bukan berarti “kelonan” Jika diterjemahkan secara bebas artinya tidur bersama. Sebelumnya para mahasiswa berharap KKN itu segera berakhir dan pulang ke Semarang bertemu keluarga, tetapi setelah berganti “iklim”, para mahasiswa ingin KKN itu bisa berlangsung lebih lama, kalau bisa diperpanjang satu atau dua bulan. Minggu terakhir di bumi Bonomerto diliputi suasana bulan madu. Suasana penuh kemesraan dan kasih sayang. Sudah menjadi pemandangan biasa bila malam hari, Kang Ponijan dipijit oleh Bu Titin. Tepatnya saling memijat. Joko dengan setia malam-malam mengantar Yuni ke sendang untuk pipis, padahal biasanya cukup pipis di belakang rumah. Indah atau Dewi sekarang tidak malu-malu berganti pakaian di depan kita para cowok, bahkan sering minta tolong Joko, atau aku untuk mengancingkan kait beha. Tetapi yang luar biasa adalah keberanian Bu Titin memelopori acara “swinger” yaitu pergantian pasangan tidur. Sehingga Joko tidak selalu dengan Yuni. Begini kejadiannya:
![]() |
Yuni |
Malam hari sepulang dari acara peresmian penggunaaan jalan desa yang selesai di aspal, Joko memboncengkan Bu Titin dengan motor Bu Titin.. Itung-itung “memerawani” atau “nganyari” jalan baru Memang, ini pertama kali kita memakai motor dalam kegiatan KKN. Sebelum jalan itu diaspal. kondisi jalan sangat buruk, motor para mahasiswa KKN hanya dititipkan di rumah Pak Lurah. Joko mengendarai Vario Bu Titin dengan kencang, lampu menyala terang. Jalan yang semula tampak putih dan berdebu, malam itu tampak hitam mulus. Motor melaju tanpa goncangan sedikit pun. Mereka berdua tiba di Posko dengan cepat. Yang lain masih jalan kaki, karena males ambil sepeda motor di kelurahan. Bu Titin memang sudah berencana jauh-jauh hari, mau menjadi orang yang pertama kali merasakan mulusnya jalan baru itu, maka sebelum peresmian sudah mengambil motornya di rumah Pak Lurah.
Tiba di Posko, masih sepi. Begitu turun dari motor, Joko langsung buka celana dan kencing di halaman rumah, rupanya Joko sudah lama menahan kebelet pipisnya selama acara peresmian tadi. Dia buka celana di depan Bu Titin. Joko membelakangi jalan, mengencingi pohon kelapa di depan rumah. Bu Titin tentu saja bisa melihat “pancuran” milik Joko dengan jelas.
“Joko ki ……ngawur” Bu Titin protes, padahal sebenarnya dia horny “ Kalau ada penduduk yang lewat apa nggak malu?”
“Halah,….. gelap saja kok Bu. Paling-paling yang liat hanya Bu Titin” santai dan cuek Joko terus memegangi adik kecilnya “menyirami” pohon kelapa.
“Halah barang jelek gitu dipamerke…….. barang kayak begitu aja apa bagusnya…” Bu Titin pura-pura cuek, memutar badan menghadap ke jalan, tetapi matanya melirik ke situ, “Busyet, panjang bener tongkol anak ini.” kata Bu Titin dalam hati. “Lama bener kencingnya,”
“Yak…ampuuuuunnn… kamu makan pete berapa kilo…baunya……wuuekk…” Tak tahan baunya Bu Titin masuk rumah dan keluar lagi…….. membawa seember air di siramkan ke pohon kelapa. Joko terkejut, celananya basah. Joko marah-marah. Tetapi Bu Titin malah tertawa geli. Tanpa memasukkan kendaraan lebih dulu, Joko masuk rumah yang masih gelap itu hanya diterangi korek api yang yang dinyalakan sesaat. Dia bermaksud mengganti celana yang basah itu. Untuk membantu Joko, Bu Titin menghidupkan mesin motornya dan menyalakan lampunya, kemudian memasukkan sendiri motornya. Suasana gelap menjadi terang oleh cahaya motor. Motor masuk rumah dengan sinar yang terang, Posko yang gelap itu menjadi terang . Sinarnya sengaja diarahkan ke penis Joko.Di saat itulah Bu Titin melihat Joko tak bercelana sibuk mencari sarung dengan “belalai” terayun-ayun “Dalam keadaan biasa saja, sudah begitu panjang, kalau sedang tegang… iih…..”membatin Bu Titin terkagum-kagum melihat penis Joko. Karena gelap dia tidak segera menemukan sarung atau celana pendek. Joko kembali marah-marah, tetapi Bu Titin malah tertawa geli melihat keadaan Joko. Dengan lampu itu, Bu Titin turun membantu mencarikan sarungnya . Setelah ditemukan tiidak segera diberikan, sengaja Bu Titin menggoda Joko. sarung itu disembunyikan di balik badannya. Joko datang meminta, dan Bu Titin terus mundur menjauh.
“Bu, jangan bercanda, ah. Nanti keburu yang lain datang…..sini, dong Bu!” Joko terus mendekat.
“Sini, aku yang pakaikan. Kasihan, tuh…kedinginan adik keclmu.” Bu Titin memasukkan sarung di kepala Joko. Ketika gulungan sarung itu menyentuh penis Joko dan nyangkut di situ Bu Titin tanpa ragu-ragu memegang kemaluan Joko yang lumayan gede itu.
“Ooo,…….anak nakal. Kamu harus dihukum, bikin pesing halaman.” Ditariknya sedikit penis Joko dengan gemas.
“Adoooo….. putus nanti, Bu.” Joko berteriak kesakitan. Bu Titin melepaskan benda kenyal itu dan segera membaui tangannya … …nyengir, ”Ih…….jorok……pesing banget……. Sini…… harus dicuci bersih!”
Bu Titin mengambil sisa air di ember. Dimandikannya “burung “ Joko. Yang punya burung senyum-senyum senang. Dipegang jari-jari lentik wanita cantik, burung itu cepat bangun. Diguyur lagi, dielus lagi. Hanya dalam hitungan detik penis Joko sudah berubah memanjang dan membesar. Kemerah-merahan dan tampak perkasa. Di bawah terangnya cahaya motor, otot-otot hijau yang bertonjolan itu makin menggoda dan membuat Bu Titin bernafsu. Masih diterangi cahaya motor, Bu Titin tak tahan lagi untuk melahap lontong sumber kenikmatan itu. Sarung itu akhirnya mlorot ke tanah yang becek tanpa dihiraukan oleh yang punya. Joko sedang merem –melek merasakan kenikmatan luar biasa disepong mulut mungil Ibu Kepala Sekolah. Karena bau asap dari sepeda motor semakin menyesakkan, Bu Titin cepat-cepat memutar kunci kontak ,”Klik.” . Suasana berubah gelap. Pikiran dua insan itu juga sudah gelap. Joko tak sabar segera memetik “pepaya” Bu Titin yang bulat dan putih. Sekarang Joko bisa menyentuh bukit kembar yang indah ini. Tadi pagi, dia hanya bisa melihat Ponijan dengan rakus mengisap dan merabai dada yang putih dan empuk ini. Suasana memang gelap, tapi fantasi Joko sangat terang membayangkan penampakan Bu Titin. Lebar telapak tangan Joko tak cukup untuk meremas payudara Bu Titin yang jauh lebih besar daripada milik Yuni. Aktifitas Joko di dada Bu Titin menjadi lebih leluasa, karena Bu Titin membantu dengan membuka sendiri baju dan bra hitamnya. Sekarang dua daging bulat itu menggelayut bebas. Joko mengisap dan meremas keduanya bergantian. Pintu Poskomasih terbuka, mereka masih berdiri. Lampu minyak belum sempat dinyalakan. Dua makhuk yang sedang berenang di lautan nafsu itu tidak peduli. Gelap dan sepi, hanya terdengar dengusan nafas dua manusia berpacu dalam gelora nafsu.
“Ssssssss……… isap terus Jok…….sssss……… mana tongkolmu cah bagus……..ouw……” Bu Titin mengerang dan mendesis sambil tangannya aktif mencari di mana tongkat Joko berada. Oentungan oanjang itu teracung-acung menyentuh paha Bu Titin. Akhirnya tangan Bu Titin dapat menangkap tongkat panas itu. Di pijit-pijit dengan gemas otot yang berdenyut-denyut itu. Bibir Joko mencari bibir Bu Titin, lalu keduanya berpagutan bagaikan sepasang kekasih yang lama tidak bertemu. Dengus nafas mereka menyatu, Bu Titin merasakan dadanya diremas Joko. Joko menikmati belaian jemari lentik Bu Titin di kemaluannya. Posko yang gelap itu menjadi saksi sepasang mahasiswa beda gender beda usia sedang mereguk kenikmatan terlarang di Posko mesum itu. Joko jauh lebih muda daripada Bu Titin. Tetapi apa mereka ……………… peduli? Angin malam yang dingin masuk melalui pintu yang terbuka, tetapi mereka tidak menutupnya malah masuk kamar bergumul memuaskan gelombang birahi yang menggelegak.
Karena aku dan rombongan berjalan kaki, setengah jam baru mencapai Posko. Dari jalan, Shinta melihat ada yang aneh di Posko. Pintu terbuka, tetapi dalam rumah masih gelap. Lampu jalan juga belum dinyalakan. Shinta menaruh jarinya di bibir, menahan langkah kami. Dia mendekati Posko berjingkat-jingkat. Aku mengikutinya dan minta yang lain untuk berhenti di jalan. Shinta melepas sepatu, dengan kaki telanjang dia mengendap mendekati pintu, aku di belakang Shinta masuk pintu yang terbuka lebar. Bau asap motor menyengat. Sayup-sayup kudengar dengus nafas berat dan rintihan dari dalam. Shinta menggandeng tanganku mendekati kamar. Suara dengusan nafas kian jelas terdengar. Rintihan Bu Titin terdengar manja sekali. “Jokoooo…….. terusss……tongkolmu guedeeeene tenan Jok …….. aahhh………enak …..mmhh……” Shinta berhenti. Dia menahan nafas. Aku ikut berhenti, juga menahan napas. Shinta merapatkan tubuhnya ke tembok, aku terus menempel tubuhnya merapat ke dinding. Suasana mulai diliputi hawa “beracun” Shinta merasakan hal yang sama. Dengusan nafas Joko kian terdengar jelas. Sekali sekali Bu Titin menjerit kecil. Aku makin mepet ke tubuh Shinta. Sama-sama konsentrasi mendengarkan kegiatan rahasia di kegelapan itu. Semakin berkonsentrasi, semakin meresaplah racun itu merasuk otakku dan otak cewek yang menempel hangat di depanku. Makin lama tubuh Shinta semakin panas. Perambatan panas itu mengakibatkan tubuhku seperti diselimuti kantong tidur yang nyaman. Bau wangi campur keringat cewek ini merangsang sekali. Kucium belakang telinga Shinta. Dia mengelinjang kegelian. mau menghindar tapi tubuhnya kepepet. Mau protes tapi takut kedengaran yang ada di dalam. Kuraba dan kuelus pahanya. Shinta diam menggigit bibir melawan rangsangan yang menjalar di sepanjang pahanya. Tanganku merayap naik ke pangkal pahanya. Kuelus-elus celana dalamnya. Kutekan dan kucolokkan jari-jariku di celah memanjang yang membelah vaginanya. Walaupun terhalang celana dalamnya, tusukan itu sudah mampu membikin celananya basah. Sayang usahaku terpaksa kuhentikan saat aku mendengar langkah-langkah mendekat. Ponijan dan tiga cewek di luar tak sabar menanti dan ingin tahu apa yang terjadi di dalam Posko yang gelap dan misterius itu. Aku bermaksud keluar, namun Shinta malah memeluk tubuhku dari belakang. Mesin sex cewek Temanggung ini sudah terlanjur aku starter, tak mungkin mau diam dan berhenti. Kini gentian tangan Shinta masuk ke celana dalamku dan merenggut keluar batang kemaluanku yang sudah mengeras sejak tadi.Penuh nafsu Marisitah mengurut-urut penisku. Aku sebenarnya merasa keenakan tapi hatiku semakin was-was. Suara langkah di luar beringsut-ingsut mendekat menyadarkan Shinta untuk menghentikan aktifitasnya.. Rupanya Joko dan Bu Titin sudah sampai pada puncaknya juga, terdengar lenguhan Bu Titin yang panjang dan desah kepuasan Joko melepaskan peluru-peluru terakhirnya. Shinta terdiam “menikmati” klimax pertempuran di dalam kamar dengan tetap memegang penisku yang berkedut-kedut. Lalu berbisik di telingaku ,”Sudah…selesai!” Aku mengangguk. Dia melepaskan penisku dan menggandengku berjalan keluar. Di pintu berpapasan dengan Yuni, “Bruk…grobyag!” tangan Yuni menggapai daun pintu untuk menahan tubuhnya yang hampir jatuh karena bertabrakan dengan Shinta. Suasana jadi ribut, Yuni dan Shinta malah kertawa cekikikan. Joko keluar kamar sambil menyalakan korek api. “Ada apa?” Yuni bangkit dibantu Shinta tapi begitu melihat Joko yang datang membawa korek api yang menyala, dia terpekik,” Iihhh……” Aku dan Shinta menoleh dan ikut kaget bercampur geli melihat Joko pakai baju komplit tapi nggak pakai celana. “Ups…..asssuu…aku lali” lalu lari ke dalam mengambil sarungnya. Pecahlah tawa kita. Apalagi ketika Ponijan terpelesek tanah becek dekat motor, “Blegg!” Ponijam menyumpah-nyumpah,”Sialan……siapa bikin comberan di dalam rumah?” Tak habis-habis kita tertawa. Suasana gelap sudah menjadi terang karena Shinta sudah menyalakan lampu mInyak. Indah juga sudah menyalakan lampu jalan. Ponijan memindah motor Bu Titin agar tidak menghalangi jalan. Semua berkumpul di kamar tamu, kecuali Bu Titin. Joko duduk memeluk lutut berkerudung kain sarung di ujung tikar sebalah kanan. Diam tak mampu bicara, mati kutu diserang dari berbagai arah dengan ejekan dan sindiran. Dia hanya bisa cengar-cengir. Suasana riuh tiba-tiba terdiam, ketika Bu Titin keluar dari kamar dengan rambut awut-awutan. Hebatnya, Ibu Kepala Sekolah satu ini pandai menguasai keadaan, tahu dirinya bakal jadi bahan canda, Bu Titin masih bisa berakting dengan meyakinkan,
“Tidak sopan! Baru ada pelajaran penting, malah ribut! Ayo tidur, sudah malam!”
“Maaf, Bu, saya tidak tahu kok, Bu. Jangan disetrap, lho, Bu!” Indah pura-pura takut.
“Bu Guru, Bu Guru……tadi ada yang ngintip, lho. Disetrap saja, Bu” Dewi menunjuk Shinta. Yang ditunjuk mendelik pada Dewi, tapi tersenyum pada Bu Titin,”Aku tadi bermaksud mau nolong Ibu, tadi kok menjerit, apa Joko nakal, Bu?” Semua tertawa. Kecuali……Yuni . Yuni diam dan cemberut. Agaknya cewek hitam manis ini tidak rela “kekasih”nya dipakai Bu Titin. Joko tanggap terhadap situasi, segera memeluk Yuni dan mendekap erat. Yuni mula-mula menolak, menunjukkan sikap tidak senangnya Joko tidur dengan Bu Titin. Tapi Joko terus mendekap erat Yuni tanpa sungkan-sungkandi lihat seisi Posko. Tak ada lagi yang tertawa, semua terdiam serius. Ternyata Yuni tak bisa bercanda. Dia jealous. Semua terdiam mendengar isak tangis Yuni yang tertahan. Bu Titin jadi merasa bersalah namun hanya bisa menghela nafas panjang. Terus mau apa? Indah mendekati Yuni mencoba memberi pengertian. Tetapi Yuni tidak menanggapi kata-kata Indah. malah tidur dan menutup mukanya dengan bantal.
"Maybe you also like": Bercinta dengan Mama Tiriku yang Cantik, Montok Bohay
Joko punya cara khusus, dia terus mencumbui Yuni, dengan lembut bantal yang menutupi muka Yuni dibuka, kepala Yuni diangkat untuk diberi bantal, sangat lembut dan romantis. Dibelai rambutnya penuh kemesraan, sambil berciuman. Lembut sekali Joko mencumbu Yuni. Sekarang Indah hanya jadi penonton yang paling dekat drama indah itu. Ciuman Joko turun ke leher Yuni. Cewek hitam manis ini mulai hanyut dalam aliran hipnotis asmara. Dewi dan Indah ikut terhanyut dalam suasana syahdu dua insan itu. Tangisan Yuni sudah berubah menjadi desahan desahan mesra. Dewi tak terasa mengikuti proses foreplay Joko terhadap Yuni. Dewi merabai sendiri dadanya. Dibukanya bajunya dan dirabanya sendiri payudaranya yang super itu. Joko sudah membuka bagian atas tubuh Yuni, payudara Yuni yang kecil tapi kenceng itu sudah dilumat habis oleh bapak beranak satu yang berkulit kuning bersih itu. Indah mengagumi bulu-bulu dada Joko dan seluruh rambut di sekujur tubuh Joko. dia ingin sekali menyentuh rambut keriting di dada Joko yang menggemaskan itu tetapi terhalang okeh tubuh Yuni. Maka Indah pindah posisi ke belakang Joko. Di rabainya dada Joko dari belakang. Yuni tak sempat lagi melihat Indah karena matanya merem merasakan nikmatnya disepong susunya oleh Joko. Yang paling cerdik Dewi, posisi yang paling bagus adalah berada di bawah pantat Joko. Dewi memanfaatkan kesempatan, sebelum penis itu dipakai yang punya, Dewi sempat menikmati tongkat panjang dan hangat itu dengan bibirnya. Dengan menungging, kepala Dewi maju mundur mengurut-urut batang kemaluan Joko dengan penuh semangat. Pantatnya yang putih terakspose dengan nyata. Lenguhan dan dengus penuh nafsu keempat mahasiswa yg khilaf memenuhi Posko mesum menyatu menjadi sebuah simfoni yang indah. Ssss….Oooo….ssss….adduuu….sshhh…terusss…. aaahhhh…. Ponijan sangat terangsang melihat pantat Dewi yang putih mulus. Dengan penis hitam besar yang teracung, Ponijan berlutut mendekati Dewi. Dari belakang tampak jelas, lubang kenikmatan Dewi menganga dan basah.Celdamnya sudah melesak masuk “parit” menampilkan bulu-bulu kemaluan berwarna pirang yang bertebaran dilereng-lereng tempiknya yang putih. Ponijan sudah tak kuat lagi menahan diri. Tak perlu lama-lama, segera terdengar lenguhan Dewi yang “menangis memilukan” terkena tusukan tongkat wasiat Ponijan yang hitam dan berukuran jumbo itu. Dewi megap-megap disodok-sodok tongki Ponijan. Tak mampu lagi dia nyepong penis Joko. Wajah Dewi mengekspresikan kenikmatan luar biasa. Aku sangat terangsang melihat penis Ponijan yang hitam itu membelah vagina Dewi yang putih. Apalagi Ponijan kini menyingkap rok Dewi sehingga keseluruhan pahanya yang putih mulus itu tampak berkilau di keremangan cahaya lampu minyak. Glek, tak terasa aku menelan ludah.
Saatnya untuk “eksekusi” Shinta, aku menoleh ke samping kiri, adduuuh…kenapa Shinta berselimut rapat begini. Apakah dia dan Bu Titin tidak mengikuti “film bokep” di ruang tamu ini? Dua wanita ini tak ada reaksi, tidur dengan tenang…. aneh… Aku jadi gelisah… Shinta tidur membelakangiku. Panasnya udara mesum di kamar itu membakar hangus syarafku, tetapi cewek idamanku, mimpiku setiap malam, malah tenang-tenang meringkuk dalam selimut. Padahal baru sejam yang lalu cewek ini mendekapku penuh nafsu. Oooh….. Shinta. Kuhimpun keberanianku untu menumpangkan tangan kananku di pahanya. Wow…… hangat sekali. Kutelusuri pelan dan lembut kehalusankulit di balik selimut itu. Tak ada reaksi. Aku beringsut maju semakin mendekat Inya, belum sampai tersntuh pun sudah terasa pancaran hangat tubuhnya. Bau keringatnya yang khas menusuk hidung, berjalan sekian jauh membuat tubuhnya berkeringat. Tapi bau itu bagiku harum dan merangsang. Gelora rangsangan birahi membakar dan menghilangkan segala pertimbangan, mematikan rasa takut. Selimut di kakinya kuangkat dan kugeser. Tampak betisnya yang bersih dan putih. Kutarik terus ke atas …… pahanya yang mulus dan halus …terus naik…..aaah…..celana dalamnya …aahhh….. basaaaah…. cairan bening mengalir turun dari kemaluannya. Oo….. kasihan sekali cah ayu….sudah horny sekali…tapi Shinta menahan diri…….biasa cewek suka jaim. Tanpa pemanasan dan segala ritual yg bikin ribet, kucolokkan jariku ke lubang becek itu….hangaaaat sekali. Shinta sudah lebih dari siap untuk penetrasi. Tanpa kuceritakan bagaimana aku melepas celdamku , kudorong pelan rudalku yang sudah siap tempur sejak jaman Jepang, menembus lubang becek cewek jaim ini.
“Ssssss……mmmmmm………..” mendesis mulut Shinta merasakan ada sesuatu menembus tubuhnya. Mengganjal tapi enak. Besar dan panjang tapi….terasa nyaman. Kusingkap selimut itu sehingga keseluruhan pantat Shinta yang bulat padat dan putih itu terpampang jelas. Kutarik batangku sehingga lipatan lipatan daging di vagina Shinta ikut keluar, kudorong penisku masuk, ikut masuk. Crep….crep…..crep…. pelan tapi pasti. Makin dalam tusukanku, makin jelas Shinta mendesah. Tidak bisa jaim lagi. Marsittah mulai bereaksi. Pantatnya bergoyang.
“Pak……sing jeruuu…… asssuuuuu…..uenak tenan…..” akhirnya sifat aslinya muncul. Cewek ganas. Dari tidur posisi miring, sekarang nungging, tetap kutusuk dari belakang agak ke atas. Lubang itu terasa sangat sempit.
“Oooo……tongkolmu…..Pak…..hhh…..mmhh…..terusss…teru sss…….keras banget siihh…..wuuuhhhh..” Tusukanku tetap cepat dan mantap. Cepat dan dalam. Setiap menyentuh dinding terdalam, semua perbendaharaan kata-kata kotor berlompatan keluar. Gerakan Shinta semakin liar. Pantatnya disodok-sodokkan mengimbangi gerakanku dengan berlawanan arah. Tiba-tiba dia bangun, sehingga penisku terlepas dengan paksa “Plop!” lalu merangkul pundakku dan “membanting” tubuhku hingga aku tertelentang. Agaknya ini posisi favorot dia. Aku ingat kemarin malem Shinta “mengeksekusi Kang Ponijan yang lagi tidur dengan posisi begini. Bagaikan penunggang kuda yang kesetanan dia memacu “kuda” dengan irama cepat dan segala macam “kata mutiara” dari neraka keluar. Kegilaan Shinta ditambah lagi dengan hadirnya Bu Titin, yang “terkena racun” melihat Shinta kesetanan. Beliau sudah bugil total! Mengangkang di dadaku. memiawnya yang dulu pernah aku obok-obok itu kini diarahkan ke mulutku. Jembutnya yang rimbun menyerodok hidungku. Bau khas cairan wanita menyengat. Lidahku kujulurkan untuk menusuk belahan vagina “Camelia Malik” yang sedang khilaf ini. “Ooh….oooh…..sssshh….sssh! bagaikan simfoni suara desahan, dengus dan teriakan itu memenuhi Posko mesum malam itu.
Kutoleh ke kanan, Indah sedang dihajar oleh Joko. Kepalanya oleng ke kiri dan ke kanan. Indah menangis atau merengek manja menandai betapa nikmatnya disetubuhi cowok ganteng bertubuh putih, dan berambut lebat sepanjang tubuhnya ini. Indah menggoyang pantatnya dan memutar-mutarnya. lebih gila lagi, Kang Ponijan semakin meraja lela. Yuni diembat juga. Muka Yuni mencium bantal dan pantatnya yang menungging disosok dengan tongkat hitam yang terkenal “sakti” yang bisa bikin wanita jenis apa pun ketagihan. Sudah semua wanita di Posko ini merasakan rudal Kang Ponijan. Dari segi artistic, wajah Ponijan bisa dibilang out of date. Berantakan, pesek dan gigi sedikit tongos. Tapi, Bro…. badan besar, dada bidang dan yang paling disukai cewek….tongkole guwede tenan. Super jumbo.
Bu Titin terus memepetkan bibir bawahnya ke mulutku sambil meremas-remas sendiri bukit kembarnya. Supaya lebih cepat puas, jari-jariku kumasukkan ke lubang basah itu. Kutelusuri dinding rahimnya dengan ujung-ujung jariku. Bu Titin mengerang semakin hebat. Sementara kurasakan gerakan Shinta tak berkurang gencarnya. Cewek ayu yang binal ini ternyata sangat tangguh. Buah dadanya yang putih dan mancung itu terayun-ayun mengikuti gerakan tubuhnya yang naik turun. Lebih gila lagi Shinta mendorong Bu Titin menyingkir dari atas tubuhku, dan Shinta langsung rebah di atas dadaku. Bibirku disergap dan dilumat habis-habisan. Kulitnya yang putih semakin mengkilap karena dibasahi keringat. Bu Titin yang sudah mendapat orgasme terkapar di sampingku, tapi tidak berapa lama, Ponijan datang dan……edan tenan…… Ponijan masih kuat menaiki tubuh Bu Titin. Luar biasa.
Akselerasi gerkan Shinta bertambah, terus bertambah dan …….luberlah cairan hangat membasahi kepala helmku dan luber ke perutku. Tidak dibiarkan menganggur, Shinta langsung mengulum peisku yang masih tegang dan basah. Jari lentiknya ikut aktif mengurut-urut. Tidak kuat menahan itu, aku bangun dan Shinta kutelentangkan di tikar. Pahanya yang mulus dan putih kupentang lebar-lebar. memiawnya yang menganga berwarna merh kehitaman karena ditutup dengan rambut yang rapi, Pelan-pelan kuturunkan rudalku dan dengan mantap ketelusupkan ke lubang kenikmatan itu. Karena tidak begitu basah, aku mengoralnya untuk sekedar membasahinya.. Kusentil-sentil daging kecil itilnya dengan lidahku. Tangan Shinta meremas-remas selimut menahan rasa nikmat . Lidahku masuk dan menari-nari di dalam sana. Shinta mengangkat-angkat pantatnya keenakan. Setelah cukup basah, kumasukkan lagi rudalku. Wuuuiiih….. Shinta…..goyanganmu tak pernah ada matinya. Shinta menatap penuh nafsu, Pak….aku…mau keluar…lagi…bareng yo Pak?” .Aku mengimbangi dengan mempercepat tusukan di luabangny yang terasa menggigit dan memijit batangku. Pijitan bibir nikmat itu memberi setrum ribuan kilowatt, makin lama makin hebat hingga tak terbendung lagi. “Siiittttaaaah….ooohhhh……”
Harus kuakui, kehebatan Kang Ponijan. Aku sudah berakhir dan terkapar loyo di sekitar Shinta.Tetapi Kang Ponijan masih tetap semangat menusuk lubang kenikmatan Bu Titin. Wanita luar biasa ini, dalam semalam bisa menghabiskan tiga sampai empat lelaki agaknya. Tubuhnya bugil total. Kini Ponijan melempar semua pakaiannya. Hitam di atas putih. Sungguh indah. Tubuh yang sintal dan putih itu menggeliat-geliat seperti tarian erotic. Mulut Bu Titin tak henti mendesis-desis kepedesan. Bibir tebal Ponijan melumat mulut mungil Bu Titin. Sunggu pasangan yang kontras. Dengusan nafas Ponjan mirip sekali dengan dengus kuda. Hossss….hosss…… dan ditingkah lenguhan Bu Titin….ooohh…ssss….ooooghh…ssss…. Tangan Ponijan tak henti meremas-remas payudaranya yang besar dan bulat. Ini pergulatan terakhir. Semua sudah terkapar kelelahan setelah mereguk bersama kenikmatan mesum dan terlarang. Ponijan menemukan lawan yang sepadan, sama tangguhnya. Akhirnya keduanya sampai pada puncaknya, Bu Titin melenguh hebat dan Ponijan menyemburkan keluar spermanya. Crot…..jauh ke muka Bu Titin. Crooot… basah kuyup wajah Bu Titin penuh cairan putih…..indah sekali. Bu Titin menjilat yang ada di sekitar mulutnya. Hidung mancungnya dihiasi krim putih bening menjadikan wajahnya cantik menggairahkan. Aku tak bisa membayangkan bagaimana seandainya suaminya di Blora tahu???? Mata Bu Titin terpejam penuh kenikmatan. Ponijan terkapar di samping Bu Titin. Hawa dingin kecamatan Suruh tak terasa lagi. Yang terasa hanya kehangatan dan kemesraan. Posko KKN sedang dilanda musim KLN yang mesum, yang nikmat dan yang menggairahkan.
Sampai selesainya KKN dan pulang ke Semarang, kita saling bertukar celana dalam atau kaos dalam yang penuh dengan sperma dan cairan kenikmatan wanita. Aku dan Joko masih sama-sama penasaran. Joko belum “merasai” Shinta, dan aku belum pernah mencoba Yuni. Paling hebat memang Kang Ponijan. Edan tenan wong kuwi.
Demikan cerita bokep club seru yang terinspirasi dari kisah nyata ini kutulis dengan bumbu di sana-sini, tetapi intinya sama. Nama-nama saya ganti demi menjaga privasi. Tetapi tempat tetap sama.