Merawat Mama yang Sedang Sakit
Share your moments and inspiration with the world! π₯ Click share and spread it across your favorite social media. π✨ #StayConnected
Liburan akhir semester yang panjang, Aril tak bisa kemana-mana, karena harus merawat mama-nya. Mamanya mendapat kecelakaan lalu lintas, hingga betisnya mengalami patah tulang dan tulang dekat bahunya juga patah. Dia harus dibawa ke ahli patah tulang, seorang dukun yang terkenal dari Jawa. Sementara Papanya, harus dioperasi, karena perutnya sempat terburai saat kecelakaan terjadi. Papanya harus diopname dan masa krisisnya sudah habis, hingga baru dipindah dari ICU. Sedang Mamanya sudah dibawa ke rumah dari Dukun Patah Tulang. Aril sebagai putra tunggal, harus mondar mandir, rumah sakit dan rumah mereka. Dia juga menyediakan makanan untuk kedua orangtuanya.
Mamanya harus dipapah kalau tidak memakai tongkat. Aril yang duduk di semester 3 itu, harus siap mengurus kedua orangtuanya. Aril menyiapkan air panas untuk memandikan ibunya.
“Sudah Mama duduk dan aku akan memandikan Mama,” kata Aril yang sangat kasihan melihat mamanya, tak mampu mengangkat tangan kanannya dan harus bertongkat dengan susah payah.
“Tapi Mama kan tidak pantas kamu mandikan?”
“Kenapa?”
“Bagaimana mana mungkin kamu harus memandikan Mama?”
“Ya mandikan saja. Buka baju dan aku akan memandikannya,” Aril tegas. Dia tak mau mamanya bertongkat lagi. Mamanya yang bertubuh mungil dengan berat badan 58 Kg itu dibopongnya dengan gampang. Terlebih Aril tuga kali semingu selalu latihan fitnes sejak dia masih SMA. Aril mendudukkan Mamanya di sebuah bangku kecil, Kemudian kedua kakinya diselonjorkan ke lantai. Aril mulai mengangkat daster mamanya. Mamanya sangat keberatan. Tapi Aril tetap memaksa.
“Mungkin inilah pengabdianku, Ma,” katanya. Mamanya menatap wajah Aril sejenak. Aril tersenyum dan terus mengangkat daster mamanya ke atas dan Mamanya pun mengakat kedua tangannya. Kini mamanya hanya mengenakan celana dalam dan bra saja. Setelah itu, Aril mulai membuka ikat rambut mamanya, kemudian menyiraminya dengan air hangat yang ada pada ember besar. Sebuah gayung menyiduk air dari ember dan meluncur dengan beningnya mulai dari ubun-ubun Mamanya. Keseluruh tubuh Mamanya sudah basah. Aril meneteskan shampoo ke rambut Mamanya, kemudian mengucek-ngucek rambut mamanya, lalu penyiramnya kembali dengan air, sampai rambut mamanya bersih dari shampoo dan beraroma wangi. Aril pun menyabuni tubuh Mamanya dengan sabun. Mulai dari leher, sampai ke bawah. Aril cepat melepas pengait Bra Mamanya. Dan tersembullah tetek Mamanya yang putih mulus.
“Ah.. kamu nakal…” bentak Mamanya.
“Harus semua bersih,” kata Aril. Saat itu, Tak bisa dipungkiri, kontol Aril langsung menggeliat. Aril pun menyabuni tubuh Mamanya, sampai kedua buah dadanya dia sabuni dari belakang.
“Kamu ini gimana sih?” kata Mamanya. Aril diam saja dan terus menyabuni buah dada mamanya dan telapak tangannya mengelus pentil kedua buah dada itu.
Aril juga menyabunyi mulai dari ujung kakai Mamanya, sampai ke pahanya. Bahkan sampai ke pangkal pahanya. Aril memasukkan tengannya ke dalam celana dalam Mamanya. Saat Aril mulai menyentuh bulu-bulu halus di atas memek Mamanya, Mamanya mulai protes. Tapi sabun yang licin sudah membuat tangan Aril menyelusup menyabuni bulu-bulu memek Mamanya.
Setelah yakin semua tersabuni, Aril megambil gayung dan menyirami tubuh mamanya dengan air hangat itu. Yakin semua sabun sudah habis dari tubuh Mamanya. Aril mengambil handuk dan mulai melap rambut mamanya sampai kering, kemudian melap tubuh Mamanya. Aril juga melilitkan handuk pada pinggang Mamanya, Kemudian menurunkan celana dalam Mamanya.
“Kamu harus melakukannya juga?”
“Ya Ma. Tak baik memakai celana dalam yang basah. Harus kering,” kata Aril. Mamanya yang risih diam saja.
“Mama mau cebok bentar,” katanya. Aril mengambil sabun dan melepas handuk yang melilit di pinggang Mamanya, membuat Mamanya jadi telanjang bulat. Cepat Aril menyabuni memek Mamanya dan mamanya tak protes lagi, karena semua sudah terjadi.
Kembali Aril melap bagian tubuh Mamanya yang basah dan melilitkan kembali handuk pada tubuh Mamanya mulai dari pinggang. Aril pun membopong tubuh mamanya yang setengah telanjang itu ke kamarnya. Didudukkannya Mamanya di ranjang. Aril mengambil daster mamanya yang bersih dan memakaikannya, tanpa Bra dan celana dalam. Setelah itu, Aril membaringkan Mamanya di tempat tidur, setelah menyisir rambut Mamanya. Dia mengambil makanan untuk Mamanya dan menyuapinya.
“Kamu baik sekali sayang,” kata Mamanya dengan suara haru.
“Bertahun-tahun Mama merawatku, kenapa aku tidak merawat boleh merawatmu, Ma”
“Kamu aku rawat ketika kamu masih kecil.”
“Andaikan aku kecelakaan sekarang, aku tidak boleh Mama rawat lagi?”
“Tentu aku akan merawatmu.”
“Sekarang aku sudah dewasa, apakah aku tidak boleh merawat Mama yang sangat aku sayangi?” tanya Aril. Mamanya terdiam sejenak.
“Boleh sayang. Cuma saja Mama malu,”
“Malu. Lalu Mama harus menahankan rasa sakit tanpa perawatanku?”
Mamanya diam dan tertunduk, Kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum. Aril menyuapi Mamanya dan dengan nyaman dan menjadi manja Mamanya pun menyantap makanan yang disuapkan ke mulutnya. Usai itu, Aril minta izin untuk mengantar nasi ke rumah sakit untuk Papanya. Mamanya ingin ikut, tapi dijanjikan hari minggu Aril akan membawa Mamanya untuk besuk Papanya yang udah keluar dari ruang ICU. Aril juga berjanji pada Papanya untuk membawa Mamanya pada hari Minggu.
![]() |
Merawat Mama yang Sedang Sakit |
Sorenya, Aril kembali ke rumah sakit membawa makanan dari restoran Padang, kemudian kembali ke rumah dengan membawa pakaian kotor Papanya. Dengan laju dia melarikan sepeda motornya ke rumah. Setiba di rumah dia langsung menyiapkan air panas untuk mandi mamanya, setelah mamanya diberikan makanan mi goreng yang dibawanya. Mamanya tersenyum melihat pengabdian putra tunggalnya yang sudah berusia 20 tahun itu,.
Setelah semua siap di kamar mandi, Aril meminta Mamanya untuk berdiri dari sofa. TV yang ditonton Mamanya dimatikan. Mie Goreng yang sudah dimakan di sisihkan. Tongkat dikesampingkan. Atas permintaan Mamanya untuk latihan berjalan dia mau memegang pundak Aril dan dibimbing untuk melangkah. Aril memeluk tubuh Mamanya dan Mamanya memeluk pundak Aril. Saat itu kontol Aril mulai bergerak-gerak lagi, saat tetek Mamanya menempel di tubuhnya.
Sesampai di kamar mandi, Aril mengangkat daster Mamanya dari bawah ke atas. Setelah terlepas, tubuh Mamanya benar-benar telanjang bulat. Aril membimbingnya untuk duduk di kursi dan rambut Mamanya dibungkus agar tidak tersiram air. Aril melepas pakaiannya, hingga hanya tinggal celana dalam. Dia mulai mengguyur tubuh mamanya.
“Sebenarnya Mama malu diperlakukan seperti ini,” kata Mamanya di sela-sela tangan Aril menyabuni tubuh Mamanya.
“Tak ada yang perlu dimalukan,”
“Karena Mama wanita dewasa dan kamu laki-laki dewasa.”
“Lalu kenapa Ma?”
“Mama melihat kamu menelan semua tubuh Mama dengan tatapanmu dan membangkitkan libidomu.”
Aril diam Dia terus menyabuni tubuh Mamanya dengan telaten dan mengelus-elus buah dada Mamanya saat giliran kedua buah dada itu disabuni.
“Sudah lama aku menginginkan seperti ini, Ma,”
“Menginginkan apa sayang,”
“Menginginkan melihat semua tubuh Mama yang cantik ini,”
“Apakah tubuh Mama masih cantik?”
“Masih Ma. Bahkan aku mengaguminya.”
Keduanya terdiam.
“Udah kamu mandi sekalian aja,” kata Mamanya. Maksud Mamanya mandi diguyur air, tidak harus telanjang. Tapi Aril justru dengan cepat melepaskan celana dalamnya, hingga dia juga bugil. Mamanya terkejut, saat melihat kontol Aril yang mulai mengeras dan besar serta Panjang. Dibuangnya wajahnya entah kemana agar tak terlihat, dia sedang memperhatikan kontol anaknya itu. Saat Aril bersabun, dia juga menyabuni kontolnya dan mengelus-elusnya, hingga kontolnya semakin besar dan keras. Saat itu Mamanya menyaksikan sendiri bagaimana keras dan besar serta panjangnya Kontol Aril, lebih Panjang dan besar dibanding kontol suaminya sendiri.
“Kamu tidak malu?” kata Mamanya.
“Tapi mama yang menyuruh aku mandi sekalian.”
“Tapi juga kan tidak harus telanjang seperti ini?”
“Kalau telanjang juga kan gak apa-apa?”
“Tapi burungmu mengeras dan panjang?”
“Mama suka?” Aril to the point. Mamanya diam. Ada rasa suka, ada rasa malu dan ada rasa marah.
Aril memeluk Mamanya dan berbisik di telinganya.
“Ma, aku mencintaimu.” Kemudian dia mengecup bibir mamanya dan mempermainkan lidahnya di sana. Lalu bibirnya turun ke pentil tetek mamanya dan memainkan kedua pentil tetek Mamanya
dan…
Tidak hanya memainka pentil Mamanya, Aril juga mulai mengelus tubuh Mamanya dan kemudian berakhir di selangkangan Mamanya. Aril merasakan ada sesuatu yang hangat di sela bibir memek Mamanya. Berlendir.
Aril tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan kemudian dia langsung mengulum kembali bibir Mamanya dan Aril yang sudah membaringkan Mamanya di atas ranjang. dengan hati-hati memindahkan kaki Mamanya yang patah. Mamanya mendesis-desis. Kemudian Aril menjilati perut Mamanya, sampai akhirnya bermuara pada sela bibir memek Mamanya. Lidah itu menari-nari di sana dengan lincahnya.
“Aril aaa…..” suara Mama yang lirih. Aril tak menghiraukannya dan dia terus menjilati perut mamanya, kemudian kembali lagi terus ke memek mamanya. Sang mama juga meremas rambut Aril dan mendesis-desis.
“Jangan sayang. Ini tak boleh. Tak boleh…” kata sang mama mendesis-desis, namun remasan pada rambut Aril tak dilepasnya, malah mama menjepit kepala anaknya itu dengan kedua kakinya. Saat itu Aril merasa senang sekali. karena sebelah kaki mamanya yang kiri, sudah bisa ikut menjepit kepalanya.
Lendir membanjir keluar dari memek Mama. Perlahan Aril mengengkangkan kedua paha mamanya kemudian menindih tubuh mama yang terbaring. Dengan cepat Aril mengarahkan kontolnya ke memek mama dan menusuknya di sela bibir memek yang sudah berlendir itu.
“Akhhh….” mama mendesah. Aril secara perlahan terus menekan dan menekan kontolnya memasuki lubang mama. Mama memeluknya dengan kuat dari bawah sembari menggigit leher Aril.
“Aduuuuuhhhhh….” Mama menjerit kecil. Mulanya Aril kasihan, mana tau kaki mamanya yang patah itu tertindih olehnya. Namun kata aduh yang dikeluarkan oleh mama, sebuah kata aduuh karena nikmat. Aril menekan sejauh mungkin kontolnya memasuki lubang nikmat mama. Tak lama Aril merasakan buncahan lendir hangat memenuhi rongga memek mama dan mama pun melemaskan pelukannya. Aril mengerti Mamanya orgasme.
“Mama… mama sudah sampai….?” kata Aril sembari mulai memompa kontolnya perlahan-lahan dengan ritme yang tetap. Mamanya diam saja, Nafasnya masih belum bisa dia atur. Mama pun kemudian Mencubit pipi Aril dengan gemas. Aril semakin bersemangat, pertanda tidak ada yang harus diragukan lagi. Bibirnya menempel kembali ke bibir mama dan sebelah tangannya meremas-remas buah dada mama sedangkan kontolnya terus memompa lubang nikmat yang memancarkan aroma mesum.
“Mama aku sudah mau sampai…?” kata Aril, mempercepat kosokannya. Kembali Mama menjepit kedua kakinya ke tubuh Aril, walau kedua kaki itu hanya sebelah yang diangkat. Tangan mama memeluk erat tubuh Aril dan Aril menekan sejauh-jauhnya kontolnya ke dalam lubang goa mama dan beberapa kali muncartlah sperma kental dari kontol Aril.
Nafas keduanya memburu, bagaikan kuda yang usai berpacu, kemudian tak berapa kembali norman. Kontol Aril mengecil dan terlepas sendiri dari dalam memek sang Mama.
Aril tidur di sisi mama dan membelai rembut mama. Aril mendengar ada suara isak tangis yang tertahan.
“Maafkan Aril Ma,” katanya.
“Tak ada yang perlu dipersalahkan. Kita berdua sama-sama salah, kenapa kita melakukan hal yang tak sepantasnya ini,” kata mama. Aril memeluknya dan mencium pipinya, sembari membelai lembut rambut mama.
Mama mengenang kembali segalanya. Belum pernah dia diperlakukan seperti itu. Memeknya dijilati dan dia bisa orgasme sampai dua kali. Bersama suaminya, dia jarang sekali bisa orgasme dan terakhir, setelah Aril berusia 3 tahun, boleh dikatakan, Mama jarang sekali mendapat sentuhan dari suaminya.
Setelah semua reda, Aril memakaikan daster mama dan dia harus kembali mengantar nasi ke rumah sakit. Pihak Rumah sakit mengatakan, dalam minggu depan papanya sudah boleh pulang ke rumah dan harus dua hari sekali dibawa ke rumah sakit untuk berobat jalan. Aril senang sekali. Saat kepulangan papanya, dia membawa mamanya naik mobil ke rumah sakit dan betapa senangnya hati sang papa.
Seminggu sebelum penjemputan itu, antara Aril dan mamanya hampir setiap malam melakukan persetubuhan. Sang mama tidak malu-malu lagi, pada saat dia sangat membutuhkannya, dia tak malu merengek kepada Aril untuk disetubuhi.
Saat sang Papa sudah kembali dan harus mendekam terus di kamar karena belum bisa bergerak banyak dan dia tak boleh banyak bicara, saat itu Aril dan mamanya bersetubuh di ruang tamu atau di ruang makan atau di dapur. Saat mamanya sudah bisa berjalan sendiri walau dengan tongkat, saat itu dia sadar, kalau dirinya sudah tidak haid lebih dari sebulan. Dibisikinya hal itu kepada Aril. Aril tersenyum, mendengar ada dugaan mamanya hamil,.
“Kamu ini bagaimana, aku hamil, malah kamu tersenyum senang,” kata Mama.
“Ya senang dong, mama. Sebentar lagi aku punya anak. Anak kita Ma.?
“Sssstttt…. jangan keras-keras, nanti kedengaran ama Papamu,” Mama menekan telunjuknya ke bibir Aril.
Selembar kertas dari laboratorium menyatakan hasil tes kehamilan yang diperiksa adalah positif, bayi dalam kandungan Mama berusia 35 hari.
“Apa yang kita lakukan sayang.” tanya Mama.
“Kita jaga kandungan Mama dengan baik,” kata Aril. Mamanya sangat terkejut kembali. Aril mulai menyampaikan rencananya dan mereka harus berterus terang kepada suaminya jika suaminya curiga. Sejak saat itu, keduanya tidak ragu-ragu lagi dan terus menerus melakukan persetubuhan. Papa pun sudah mulai bisa berjalan, walau dipapah. Tamu-tamu yang datang senyum-senyum melihat si Papa, walau sakit masih sangup melakukan persetubuhan. Tamu tidak menyangka kalau persetubuhan itu adalah antara Mama dan Aril.
Hamil semakin besar. Saat itu si Papa langsung memangil mama dan Aril untuk berbicara di ruang tamu. Dengan hati-hati Aril yang mengerti perubahan wajah si Papa mengakui terus terang dan menyatakan itu adalah kekhilafan, dimana Mama sudah puluhan tahun tidak mendapatkan kepuasan bathin dari papanya.
“Maafkan kami Pa.” kata Aril menghiba minta diampuni. Papa tak menjawab dia hanya tertunduk. Mama merasa sedih sekali, karena dia sudah menghianati suaminya. Penghianatan bersama anak kandungnya pula.
Akhirnya si Papa mengangkat wajahnya dan dengan terbata berucap: ” hati-hatilah agar tidak ada yang curiga atas hubungan gelap kalian ini,” katanya kemudian menundukkan wajahnya. Mama sedih, namun Aril tersenyum dan menyalami Papanya dan mengucapkan terima kasih.
Sejak saat itu, Aril dan Mamanya sekamar. Mama pindah ke kamar Aril, karena si Papa tak mau lagi sekamar dengan isterinya.
Perut semakin besar dan hari yang ditungu tiba. Mama melahirkan.